Dahlan lebih pilih bela Garuda, perintahkan AP II minta maaf

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengaku telah mengetahui 'cekcok' yang terjadi antara PT Garuda Indonesia dengan PT Angkasa Pura II (AP II). Garuda Indonesia terpaksa membatalkan penerbangan langsung dari Jakarta ke London karena kondisi landasan bandara yang tidak memadai.

Dalam permasalahan ini, Dahlan membela maskapai pelat merah dan meminta AP II meminta maaf kepada Garuda. Menurut Dahlan saat ini bandara di Jakarta memang sudah harus dilakukan perawatan.
"Ini kan taunya setelah beli. Kalau saya Dirut Garuda, akal sehat saya bandara Soetta memenuhi syarat karena pesawat lebih besar 747 aja bisa. Bandara sudah harus ada dilakukan perawatan. AP harus minta maaf sama Garuda," ucap Dahlan di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (1/8) malam.

Dahlan mengakui landasan Bandara Soekarno-Hatta memang tidak sekuat dulu lagi dan harus dilakukan revitalisasi. Teknologi revitalisasi mudah dilakukan dan tinggal mengerjakan saja. Revitalisasi ialah dengan menyuntik aspal kembali yang kemungkinan akan memakan waktu sekitar 8 bulan.

"Seandainya tidak ada masalah itu tidak bisa ketahuan kan," kata Dahlan.

Sebelumnya, Garuda Indonesia terpaksa menunda pelaksanaan penerbangan ke London yang semula telah dijadwalkan mulai dilaksanakan tanggal 2 November 2013. Hal ini dilakukan karena tingkat kekerasan landasan bandara Soekarno Hatta belum memenuhi standar yang diperlukan untuk pengoperasian pesawat B 777-300ER dengan kapasitas muatan penuh.

Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengatakan, untuk beroperasi secara "full capacity" melayani penerbangan langsung Jakarta - London (non-stop) dengan mengangkut 314 penumpang (8 first class, 38 business class, 268 economy class) dan kargo sebanyak 11 ton (maximum take-off weight seberat 351.534 kg), maka pesawat B 777-300ER memerlukan "kekerasan landasan" (pavement classification number/PCN) 132 R/D/W/T, sedangkan saat ini PCN landasan di Soekarno-Hatta hanya 120 R/D/W/T.

"Dengan kondisi landasan seperti ini akan terjadi 'restricted take-off weight' sebesar 329.365 kg di mana artinya Garuda Indonesia harus mengurangi 39 penumpang dan tidak memungkinkan mengangkut kargo pada setiap penerbangan yang mengakibatkan Garuda Indonesia akan mengalami kerugian yang menyolok,” jelasnya.

Menanggapi masalah ini, Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Tri S Sunoko justru menyerang balik Garuda Indonesia. Tri menyindir, maskapai yang membeli pesawat baru harus disesuaikan dengan kemampuan landasan bandara.

"Bilangin sama Garuda. Beli pesawat sesuai dengan bandara. Jangan rumah tipe 21 tapi beli furniture gede," ucap Tri.
(mdk/bmo)
Sumber

0 comments:

Posting Komentar

Copyright © 2014 VIA-News | Designed With By Blogger Templates | Distributed By Gooyaabi Templates
Scroll To Top